Kamis, 24 Mei 2012
Lamaran Kerja B. Inggris
Surabaya,
April 23th, 2012
Attention
To:
HRD Manager
PT. Varia Usaha Beton
Jl. Ledjen S.Parman No. 38 Waru
Sidoarjo
HRD Manager
PT. Varia Usaha Beton
Jl. Ledjen S.Parman No. 38 Waru
Sidoarjo
Dear
Sir/Madam,
I have read from your advertisement at Jawa Pos April
20th 2012 that your company is looking for employees to hold some position.
Based on the advertisement, I am interested in applying application for
Secretary according with my background educational as Office Administration.
My name is Ika Novitasari, I am twenty years old. I
have graduated from Educational Office Administration at The State University
Of Surabaya on July 2011. My specialization in Accounting and Administration
skill. I consider myself that I have qualifications as you want. I have good
motivation for progress and growing, eager to learn, and can work with a team
(team work) or by myself. Beside that I posses adequate computer skill and have
good command in English (oral and written).
I would gladly welcome an opportunity to have an
interview with you at your convenience. I hope my skills can be one of your
company's assest. I am looking forward to hearing from you in the near future.
Thank you for your consideration and attention.
Sincerely
yours,
Ttd
Ika Novitasari
Ttd
Ika Novitasari
Enclosures :
1. Copy of ID Card
2. Copy of Bachelor Degree (S-1) Certificate and Academic Transcript.
3. Curriculum Vitae.
4. Recent photograph with size of 4x6
1. Copy of ID Card
2. Copy of Bachelor Degree (S-1) Certificate and Academic Transcript.
3. Curriculum Vitae.
4. Recent photograph with size of 4x6
Curriculum
Vitae
Personal
Detail
Full
Name : Ika Novitasari
Sex : Female
Place
and Birth Date : Blitar, December 20th
1991
Nationality : Indonesia
Marital
Status : Single
Height,
Weight : 160 cm, 46 kg
Healt : Perfect
Religion : Moslem
Address : Jl. Ketintang Timur
PTT 5A No.11 Rt/Rw 005/001 Ketintang,
Gayungan – Surabaya
Handphone : +628085730050776
E-mail :
iqkah_novietha@ymail.com
Educational Background
2010 – 2014 : Office Administrasion Education at The State
University of Surabaya
2007 – 2010 : SMKN 02 Buduran ( Vacational High School ),
Sidoarjo
2004 – 2007 : SMPN 01 Binangun ( Junior High School ), Blitar
1998 – 2004 : SD Sumberkembar 03 ( Elementary School ), Blitar
Course and Education
2008 – 2009 : NSC English Course, Sidoarjo
Qualifications
Accounting
and Administration Skills ( Journal Printing and Calculation, Ledger, Petty
Cash, Payroll and Calculation, Inventery Controls, Project Cata Updating,
Teller, Salary Calculation ).
Computer Literate ( MS Word, MS Excel,
MS Power Point, MS Access, MS Outlook).
Internet Literate
Working Experience
Have never worked
Surabaya,
Ttd
Ika
Novitasari
Lamaran Kerja B. Indonesia
Surabaya,
28 Februari 2012
Hal : Lamaran Pekerjaan
Kepada Yth.,
Manajer Sumber Daya Manusia
PT. Widya Karya
Jl. A. Yani No. 26
Sidoarjo
Kepada Yth.,
Manajer Sumber Daya Manusia
PT. Widya Karya
Jl. A. Yani No. 26
Sidoarjo
Dengan hormat,
Sesuai
dengan penawaran lowongan pekerjaan dari PT. Widya Karya, yang termuat di
harian Kompas tanggal 20 Februari 2012. Saya mengajukan diri untuk bergabung
untuk menjadi sekretaris di PT. Widya Karya.
Data singkat saya, seperti berikut
ini.
Nama : Ika Novitasari
Tempat,
Tanggal Lahir : Blitar, 20 Desember 1991
Pendidikan Terakhir
: Sarjana S1 Pendidikan Ekonomi Konsentrasi Pendidikan Administrasi
Perkantoran Universitas Negeri Surabaya
Alamat :
Jl. Ketintang Timur PTT 5A No 11, Ketintang - Surabaya
Status :
Belum Menikah
No. Telepon :
085765379877
Sebagai bahan pertimbangan, bersama ini
saya lampirkan hal – hal sebagai berikut :
- Daftar Riwayat Hidup.
- Foto copy ijazah S-1 dan transkrip nilai.
- Foto copy sertifikat kursus/pelatihan.
- Pas foto terbaru ukuran 4 X 6
- Foto copy KTP
Saya
berharap Bapak/Ibu bersedia meluangkan waktu untuk memberikan kesempatan
wawancara, sehingga saya dapat menjelaskan secara lebih terperinci tentang
potensi diri saya.
Demikian surat lamaran ini, dan
terima kasih atas perhatian Bapak/Ibu.
Hormat
saya,
Ika Novitasari
Ika Novitasari
DAFTAR
RIWAYAT HIDUP
Data Pribadi
Nama : Ika Novitasari
Tempat, Tanggal Lahir : Blitar, 20 Desember 1991
Jenis Kelamin : Perempuan
Status : Belum Menikah
Agama : Islam
Kewarganegaraan : Indonesia
Alamat : Jl. Ketintang Timur PTT 5A No. 11, Ketintang – Surabaya
Agama : Islam
Kewarganegaraan : Indonesia
Alamat : Jl. Ketintang Timur PTT 5A No. 11, Ketintang – Surabaya
Telephon : 085765379877
Latarbelakang Pendidikan Formal
2010 – 2014 : Sarjana S1 Pendidikan Ekonomi, Konsentrasi
Pendidikan Administrasi Perkantoran
Universitas Negeri Surabaya
2007 – 2010 : SMKN 2 Buduran, Sidoarjo
2004 – 2007 : SMPN 1 Binangun, Blitar
1998 – 2004 : SDN 03 Sumberkembar, Blitar
Non Formal
2008 – 2009 : Kursus Bahasa Inggris di NSC, Sidoarjo
Kemampuan
* Kemampuan Akuntansi dan Administrasi (Accounting &
Administration Skills) Journal
printing &
Calculation, Ledger, Project Data Updating, Teller, Salary Calculation, Petty
Cash Payroll &
Calculation, Inventory Controls
* Kemampuan Komputer (MS Word, MS Excel, MS PowerPoint, MS
Access, MS Outlook
dan Internet)
Pengalaman Kerja
Praktek Kerja Lapangan:
Praktek Kerja di PT. Varia Usaha Beton, Sidoarjo
Periode : April 2008 - Juni 2008
Tujuan : Persyaratan kelulusan SMKN 2 Buduran, Sidoarjo
Posisi : Staf Administrasi
Rincian Pekerjaan:
- Mengupdate data bahan baku perusahaan
- Mempersiapkan rapat
- Menyiapkan surat-surat undangan rapat
- Membuat laporan perjalanan dinas
Demikian daftar riwayat hidup ini dibuat dengan sebenar –
benarnya. Jika keterangan diatas tidak benar maka saya bersedia dituntut di
pengadilan.
Surabaya, 28 Februari 2012
Ika
Novitasari
Laporan Observasi
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Pengertian
Komunikasi
Pengertian komunikasi sudah banyak didefinisikan oleh
banyak orang, jumlahnya sebanyak orang yang mendifinisikannya. Dari banyak
pengertian tersebut jika dianalisis pada prinsipnya dapat disimpulkan bahwa
komunikasi mengacu pada tindakan, oleh satu orang atau lebih, yang mengirim dan
menerima pesan yang terdistorsi oleh gangguan (noise), terjadi dalam suatu
konteks tertentu, mempunyai pengaruh tertentu, dan ada kesempatan untuk
melakukan umpan balik.
Gambar berikut menggambarkan apa yang dapat kita namakan
model universal komunikasi. Ini mengandung elemen-elemen yang ada dalam setiap
tindak komunikasi, terlepas dari apakah itu bersifat intrapribadi,
antarpribadi, kelompok kecil, pidato terbuka, atau komunikasi masa.
2.
Komponen Komunikasi
a. Lingkungan komunikasi
Lingkungan (konteks) komunikasi setidak-tidaknya memiliki tiga dimensi:
1. Fisik, adalah ruang dimana komunikasi
berlangsung yang nyata atau berwujud.
Sosial-psikoilogis, meliputi, misalnya tata hubungan
status di antara mereka yang terlibat, peran yang dijalankan orang, serta
aturan budaya masyarakat di mana mereka berkomunikasi. Lingkungan atau konteks
ini juga mencakup rasa persahabatan atau permusuhan, formalitas atau
informalitas, serius atau senda gurau,
3.
Temporal (waktu), mencakup waktu dalam hitungan jam, hari, atau
sejarah dimana komunikasi berlangsung.
Ketiga dimensi lingkungan ini
saling berinteraksi; masing-masing mempengaruhi dan dipengaruhi oleh yang lain.
Sebagai contoh, terlambat memenuhi janji dengan seseorang (dimensi temporal), dapat
mengakibatkan berubahnya suasana persahabatan-permusuhan (dimensi sosial-psikologis), yang
kemudian dapat menyebabkan perubahan kedekatan fisik dan pemilihan rumah makan
untuk makan malam (dimensi fisik).
Perubahan-perubahan tersebut dapat menimbulkan banyak perubahan lain. Proses
komunikasi tidak pernah statis.
b. Sumber-Penerima
Kita
menggunakan istilah sumber-penerima sebagai satu kesatuan yang tak terpisahkan
untuk menegaskan bahwa setiap orang yang terlibat dalam komunikasi adalah
sumber (atau pembicara) sekaligus penerima (atau pendengar). Anda mengirimkan
pesan ketika anda berbicara, menulis, atau memberikan isyarat tubuh. Anda
menerima pesan dengan mendengarkan, membaca, membaui, dan sebagainya. Tetapi,
ketika anda mengirimkan pesan, anda juga menerima pesan. Anda menerima pesan
anda sendiri (anda mendengar diri sendiri, merasakan gerakan anda sendiri, dan
melihat banyak isyarat tubuh anda sendiri) dan anda menerima pesan dari orang
lain (secara visual, melalui pendengaran, atau bahkan melalui rabaan dan
penciuman). Ketika anda berbicara dengan orang lain, anda memandangnya untuk
mendapatkan tanggapan (untuk mendapatkan dukungan, pengertian, simpati,
persetujuan, dan sebagainya). Ketika anda menyerap isyarat-isyarat non-verbal
ini, anda menjalankan fungsi penerima.
c. Enkoding-Dekoding
Dalam ilmu
komunikasi kita menamai tindakan menghasilkan pesan (misalnya, berbicara atau
menulis) sebagai enkoding (encoding).
Dengan menuangkan gagasan-gagasan kita ke dalam gelombang suara atau ke atas
selembar kertas, kita menjelmakan gagasan-gagasan tadi ke dalam kode tertentu.
Jadi, kita melakukan enkoding. Kita menamai tindakan menerima pesan (misalnya,
mendengarkan atau membaca) sebagai dekoding
(decoding).
Dengan menerjemahkan gelombang suara atau kata-kata di atas kertas menjadi
gagasan, anda menguraikan kode tadi. Jadi, anda melakukan dekoding.Oleh
karenanya kita menamai pembicara atau penulis sebagai enkoder (encoder), dan
pendengar atau pembaca sebagai dekoder (decoder). Seperti halnya
sumber-penerima, kita menuliskan enkoding-dekoding sebagai satu kesatuan yang
tak terpisahkan untuk menegaskan bahwa anda menjalankan fungsi-fungsi ini
secara simultan. Ketika anda berbicara (enkoding), anda juga menyerap tanggapan
dari pendengar (dekoding).
d. Kompetensi Komunikasi
Kompetensi
komunikasi mengacu pada kemampuan anda untuk berkomunikasi secara efektif
(Spitzberg dan Cupach, 1989). Kompetensi ini mencakup hal-hal seperti pengetahuan
tentang peran lingkungan (konteks)
dalam mempengaruhi kandungan (content)
dan bentuk pesan komunikasi (misalnya, pengetahuan bahwa suatu topik mungkin
layak dikomunikasikan kepada pendengar tertentu di lingkungan tertentu, tetapi
mungkin tidak layak bagi pendengar dan lingkungan yang lain). Pengetabuan
tentang tatacara perilaku nonverbal (misalnya kepatutan sentuhan, suara yang
keras, serta kedekatan fisik) juga merupakan bagian dari kompetensi komunikasi.
Dengan
meningkatkan kompetensi anda, anda akan mempunyai banyak pilihan berperilaku.
Makin banyak anda tahu tentang komunikasi (artinya, makin tinggi kompetensi
anda), makin banyak pilihan, yang anda punyai untuk melakukan komunikasi
sehari-hari. Proses ini serupa dengan proses mempelajari perbendaharaan kata:
Makin banyak kata anda ketahui (artinya, makin tinggi kompetensi perbendaharaan
kata anda), makin banyak cara yang anda miliki untuk mengungkapkan diri.
e. Pesan
Pesan komunikasi dapat
mempunyai banyak bentuk. Kita mengirimkan dan menerima pesan ini melalui salah
satu atau kombinasi tertentu dari panca indra kita. Walaupun biasanya kita
menganggap pesan selalu dalam bentuk verbal
(lisan atau tertulis), ini bukanlah satu-satunya jenis pesan. Kita juga
berkomunikasi secara nonverbal (tanpa
kata). Sebagai contoh, busana yang kita kenakan, seperti juga cara kita
berjalan, berjabatan tangan, menggelengkan kepala, menyisir rambut, duduk, dan.
tersenyum. Pendeknya, segala hal yang kita ungkapkan dalam melakukan
komunikasi.
f. Saluran
Saluran komunikasi adalah
media yang dilalui pesan. Jarang sekali komunikasi berlangsung melalui hanya
satu saluran, kita menggunakan dua, tiga, atau empat saluran yang berbeda
secara simultan. Sebagai contoh, dalam interaksi tatap muka kita berbicara dan
mendengarkan (saluran suara), tetapi
kita juga memberikan isyarat tubuh dan menerima isyarat ini secara visual (saluran visual). Kita juga memancarkan
dan mencium bau-bauan (saluran olfaktori).
Seringkali kita saling menyentuh, ini pun komunikasi (saluran taktil).
g. Umpan
Balik
Umpan balik adalah informasi
yang dikirimkan balik ke sumbernya. Umpan balik dapat berasal dari anda sendiri
atau dari orang lain. Dalam diagram universal komunikasi tanda panah dari satu
sumber-penerima ke sumber-penerima yang lain dalam kedua arah adalah umpan
balik. Bila anda menyampaikan pesan misalnya, dengan cara berbicara kepada
orang lain anda juga mendengar diri anda sendiri. Artinya, anda menerima umpan
balik dari pesan anda sendiri. Anda mendengar apa yang anda katakan, anda merasakan
gerakan anda, anda melihat apa yang anda tulis.Selain umpan balik sendiri ini,
anda menerima umpan balik dari orang lain. Umpan balik ini dapat datang dalam
berbagai bentuk: Kerutan dahi atau senyuman, anggukan atau gelengan kepala,
tepukan di bahu atau tamparan di pipi, semuanya adalah bentuk umpan balik.
h. Gangguan
Gangguan (noise) adalah gangguan dalam komunikasi yang mendistorsi pesan.
Gangguan menghalangi penerima dalam menerima pesan dan sumber dalam mengirimkan
pesan. Gangguan dikatakan ada dalam suatu sistem komunikasi bila ini membuat
pesan yang disampaikan berbeda dengan pesan yang diterima. Gangguan ini dapat
berupa gangguan fisik (ada orang
lain berbicara), psikologis (pemikiran
yang sudah ada di kepala kita), atau semantik
(salah mengartikan makna). Tabel dibawah menyajikan ketiga macam gangguan
ini secara lebih rinci.
Macam
|
Definsi
|
Contoh
|
Fisik
|
Interferensi dengan transmisi fisik isyarat atau
pesan lain
|
Desingan mobil yang lewat, dengungan komputer,
kacamata
|
Psikollogis
|
Interferensi kognitif
atau mental
|
Prasangka dan bias pada sumber-penerima, pikiran
yang sempit
|
Semantik
|
Pembicaraan dan pendengar memberi arti yang
berlainan
|
Orang berbicara dengan bahasa yang berbeda,
menggunakan jargon atau istilah yang terlalu rumit yang tidak dipahami
pendengar
|
Gangguan dalam komunikasi
tidak terhindarkan. Semua komunikasi mengandung gangguan, dan walaupun kita
tidak dapat meniadakannya samasekali, kita dapat mengurangi gangguan dan
dampaknya. Menggunakan bahasa yang lebih akurat, mempelajari keterampilan
mengirim dan menerima pesan nonverbal, serta meningkatkan keterampilan
mendengarkan dan menerima serta mengirimkan umpan balik adalah beberapa cara
untuk menanggulangi gangguan.
i.
Efek Komunikasi
Komunikasi selalu mempunyai
efek atau dampak atas satu atau lebih orang yang terlibat dalam tindak
komunikasi. Pada setiap tindak komunikasi selalu ada konsekuensi. Sebagai
contoh, anda mungkin memperoleh pengetahuan atau belajar bagaimana
menganalisis, melakukan sintesis, atau mengevaluasi sesuatu; ini adalah efek
atau dampak intelektual atau kognitif. Kedua, anda mungkin
memperoleh sikap baru atau mengubah sikap, keyakinan, emosi, dan perasaan anda;
ini adalah dampak afektif. Ketiga,
anda mungkin memperoleh cara-cara atau gerakan baru seperti cara melemparkan
bola atau melukis, selain juga perilaku verbal dan noverbal yang patut; ini
adalah dampak atau efek psikomotorik.
j. Etik
dan Kebebasan Memilih
Karena komunikasi mempunyai
dampak, maka ada masalah etik di sini. Karena komunikasi mengandung konsekuensi,
maka ada aspek benar-salah dalam setiap tindak komunikasi. Tidak seperti
prinsip-prinsip komunikasi yang efektif, prinsip-prinsip komunikasi yang etis
sulit dirumuskan.
Seringkali kita dapat mengamati dampak komunikasi, dan
berdasarkan pengamatan ini, merumuskan prinsip-prinsip komunikasi yang efektif.
Tetapi, kita tidak dapat mengamati kebenaran atau ketidakbenaran suatu tindak
komunikasi.
Dimensi etik dari komunikasi
makin rumit karena etik begitu terkaitnya dengan falsafah hidup pribadi seseorang
sehingga sukar untuk menyarankan pedoman yang berlaku bagi setiap orang.
Meskipun sukar, pertimbangan etik tetaplah merupakan bagian integral dalam
setiap tindak komunikasi. Keputusan yang kita ambil dalam hal komunikasi
haruslah dipedomani oleh apa yang kita anggap benar di samping juga oleh apa
yang kita anggap efektif.
Apakah komunikasi itu etis
atau tidak etis, landasannya adalah gagasan kebebasan memilih serta asumsi
bahwa setiap orang mempunyai hak untuk menentukan pilihannya sendiri. Komunikasi dikatakan etis bila menjamin
kebebasan memilih seseorang dengan memberikan kepada orang tersebut dasar
pemilihan yang akurat. Komunikasi
dikatakan tidak etis bila mengganggu kebebasan memilih seseorang dengan
menghalangi orang tersebut untuk mendapatkan informasi yang relevan dalam
menentukan pilihan. Oleh karenanya, komunikasi yang tidak etis adalah
komunikasi yang memaksa seseorang (1) mengambil pilihan yang secara normal
tidak akan dipilihnya atau (2) tidak mengambil pilihan yang secara normal akan
dipilihnya. Sebagai contoh, seorang pejabat rekruting perusahaan mungkin saja
membesar-besarkan manfaat bekerja di Perusahaan X dan dengan demikian mendorong
anda untuk menentukan pilihan yang secara normal tidak akan anda ambil (jika
saja anda mengetahui fakta-fakta sebenarnya).
Dalam etik yang didasarkan
atas kebebasan memilih ini, ada beberapa persyaratan. Kita mengasumsikan bahwa
orang-orang ini sudah cukup umur dan berada dalam kondisi mental yang
memungkinkan mereka melaksanakan pilihan secara bebas. Selanjutnya, kita
mengasumsikan bahwa kebebasan memilih dalam situasi mereka tidak akan
menghalangi kebebasan memilih orang lain. Sebagai contoh, anak-anak berusia 5
atau 6 tahun tidak akan siap untuk menentukan pilihan sendiri (memilih menu
mereka sendiri, memilih waktu untuk tidur, memilih jenis obat), sehingga harus
ada orang lain yang melakukannya untuk mereka. Begitu juga, seseorang yang
menderita keterbelakangan mental membutuhkan orang lain untuk mengambilkan
keputusan tertentu bagi mereka.
Di samping itu, situasi
lingkungan kehidupan seseorang dapat membatasi kebebasan memilih ini. Sebagai
contoh, anggota tentara seringkali harus melepaskan kebebasan memilih dan makan
nasi bungkus, bukan roti keju, mengenakan seragam militer, bukan jins, lari pagi,
bukan tidur. Dengan menjadi tentara, seseorang setidak-tidaknya harus
melepaskan sebagian hak mereka untuk menentukan pilihan sendiri. Akhirnya,
kebebasan memilih yang kita miliki tidak boleh menghalangi orang lain untuk
menentukan pilihan mereka sendiri.
Kita tidak bisa membiarkan
seorang pencuri memiliki kebebasan untuk mencuri, karena dengan memberikan
kebebasan ini kita menghalangi korban pencurian untuk menikmati kebebasan
memilih mereka—hak untuk memiliki barang dan hak untuk merasa aman dalam rumah
mereka.
3.
Tujuan Komunikasi
3.
Ada empat tujuan atau motif komunikasi yang perlu
dikemukakan di sini. Motif atau tujuan ini tidak perlu dikemukakan secara
sadar, juga tidak perlu mereka yang terlibat menyepakati tujuan komunikasi
mereka. Tujuan dapat disadari ataupun tidak, dapat dikenali ataupun tidak.
Selanjutnya, meskipun. teknologi komunikasi berubah dengan cepat dan drastis
(kita mengirimkan surat elektronika, bekerja dengan komputer, misalnya) tujuan
komunikasi pada dasarnya tetap sama, bagaimanapun hebatnya revolusi elektronika
dan revolusi-revolusi lain yang akan datang. (Arnold dan Bowers, 1984;
Naisbit.1984).
a.
Menemukan
Salah satu tujuan utama komunikasi menyangkut
penemuan diri (personal discovery)
Bila anda berkomunikasi dengan orang lain, anda belajar mengenai diri sendiri
selain juga tentang orang lain. Kenyataannya, persepsi-diri anda sebagian besar
dihasilkan dari apa yang telah anda pelajari tentang diri sendiri dari orang
lain selama komunikasi, khususnya dalam perjumpaan-perjumpaan antarpribadi.
Dengan berbicara tentang diri
kita sendiri dengan orang lain kita memperoleh umpan balik yang berharga
mengenai perasaan, pemikiran, dan perilaku kita. Dari perjumpaan seperti ini
kita menyadari, misalnya bahwa perasaan kita ternyata tidak jauh berbeda dengan
perasaan orang lain. Pengukuhan positif ini membantu kita merasa
"normal."
Cara lain di
mana kita melakukan penemuan diri adalah melalui proses perbandingan sosial,
melalui perbandingan kemampuan, prestasi, sikap, pendapat, nilai, dan kegagalan
kita dengan orang lain. Artinya, kita mengevaluasi diri sendiri sebagian besar
dengan cara membanding diri kita dengan orang lain.
Dengan
berkomunikasi kita dapat memahami secara lebih baik diri kita sendiri dan diri
orang lain yang kita ajak bicara. Tetapi, komunikasi juga memungkinkan kita
untuk menemukan dunia luar—dunia yang dipenuhi objek, peristiwa, dan manusia
lain. Sekarang ini, kita mengandalkan beragam media komunikasi untuk
mendapatkan informasi tentang hiburan, olahraga, perang, pembangunan ekonomi,
masalah kesehatan dan gizi, serta produk-produk baru yang dapat dibeli. Banyak
yang kita peroleh dari media ini
berinteraksi dengan yang kita peroleh dari interaksi antarpribadi kita. Kita
mendapatkan banyak informasi dari media, mendiskusikannya dengan orang lain,
dan akhirnya mempelajari atau menyerap bahan-bahan tadi sebagai hasil interaksi
kedua sumber ini.
b.
Untuk berhubungan
Salah satu motivasi kita yang
paling kuat adalah berhubungan dengan orang lain (membina dan memelihara hubungan dengan orang lain). Kita
ingin merasa dicintai dan disukai, dan kemudian kita juga ingin mencintai dan
menyukai orang lain. Kita menghabiskan banyak waktu dan energi komunikasi kita
untuk membina dan memelihara hubungan sosial. Anda berkomunikasi dengan teman
dekat di sekolah, di kantor, dan barangkali melalui telepon. Anda
berbincang-bincang dengan orangtua, anak-anak, dan saudara anda. Anda
berinteraksi dengan mitra kerja.
c.
Untuk meyakinkan
Media masa ada sebagian besar untuk
meyakinkan kita agar mengubah sikap dan perilaku kita. Media dapat hidup karena
adanya dana dari iklan, yang diarahkan untuk mendorong kita membeli berbagai
produk. Sekarang ini mungkin anda lebih banyak bertindak sebagai konsumen
ketimbang sebagai penyampai pesan melalui media, tetapi tidak lama lagi
barangkali anda-lah yang akan merancang pesan-pesan itu—bekerja di suatu surat
kabar, menjadi editor sebuah majalah, atau bekerja pada biro iklan, pemancar
televisi, atau berbagai bidang lain yang berkaitan dengan komunikasi. Tetapi, kita
juga menghabiskan banyak waktu untuk melakukan persuasi antarpribadi, baik
sebagai sumber maupun sebagai penerima. Dalam perjumpaan antarpribadi
sehari-hari kita berusaha mengubah sikap dan perilaku orang lain. Kita berusaha
mengajak mereka melakukan sesuatu, mencoba cara diit yan baru, membeli produk
tertentu, menonton film, membaca buku, rnengambil mata kuliah tertentu,
meyakini bahwa sesuatu itu salah atau benar, menyetujui atau mengecam gagasan
tertentu, dan sebagainya. Daftar ini bisa sangat panjang. Memang, sedikit saja
dari komunikasi antarpribadi kita yang tidak berupaya mengubah sikap atau
perilaku.
d. Untuk bermain
Kita menggunakan banyak perilaku
komunikasi kita untuk bermain dan menghibur diri. Kita mendengarkan pelawak,
pembicaraan, musik, dan film sebagian besar untuk hiburan. Demikian pula banyak
dari perilaku komunikasi kita dirancang untuk menghibur orang lain
(menceritakan lelucon mengutarakan sesuatu yang baru, dan mengaitkan
cerita-cerita yang menarik). Adakalanya hiburan ini merupakan tujuan akhir, tetapi adakalanya ini
merupakan cara untuk mengikat perhatian orang Iain sehingga kita dapat mencapai
tujuan-tujuan lain.
Tentu saja,
tujuan komunikasi bukan hanya ini; masih banyak tujuan komunikasi yang lain.
Tetapi keempat tujuan yang disebutkan di atas tampaknya merupakan tujuan-tujuan
yang utama. Selanjutnya tidak ada tindak komunikasi yang didorong hanya oleh
satu faktor; sebab tunggal tampaknya tidak ada dunia ini. Oleh karenanya,
setiap komunikasi barangkali didorong oleh kombinasi beberapa tujuan bukan
hanya satu tujuan.
B. Prinsip-prinsip
komunikasi
Dalam pembahasan yang lalu kita mendefinisikan komunikasi
dan menjelaskan beberapa komponen komunikasi. Selanjutnya kita akan menggali
sifat atau hakikat atau karakteristik komunikasi dengan menyajikan delapan
prinsip komunikasi. Memahami prinsip-prinsip ini sangat penting untuk memahami
komunikasi dalam segala bentuk dan fungsinya.
1.
Komunikasi Adalah Paket Isyarat
1.
Perilaku komunikasi, apakah ini melibatkan pesan
verbal, isyarat tubuh, atau kombinasi dari keduanya, biasanya terjadi dalam
"paket". Biasanya, perilaku verbal dan nonverbal saling memperkuat
dan mendukung. Semua bagian dari sistem pesan biasanya bekerja bersama-sama
untuk mengkomunikasikan makna tertentu. Kita tidak mengutarakan rasa takut
dengan kata-kata sementara seluruh tubuh kita bersikap santai. Kita tidak
mengungkapkan rasa marah sambil tersenyum. Seluruh tubuh—baik secara verbal
maupun nonverbal—bekerja bersama-sama untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan
kita.
Dalam segala bentuk komunikasi, apakah antarpribadi,
kelompok kecil, pidato di muka umum, atau media masa, kita kurang memperhatikan
sifat paket dari komunikasi. Ia berlalu begitu saja. Tetapi bila ada
ketidakwajaran---bila jabatan tangan yang lemah menyertai salam verbal, bila
gerak-gerik gugup menyertai pandangan yang tajam, bila kegelisahan menyertai
ekspresi nyaman dan santai—kita memperhatikannya. Selalu saja kita mulai
mempertanyakan ketulusan, dan kejujuran orang yang bersangkutan.
Pesan yang Kontradiktif
Bayangkanlah seseorang yang
mengatakan "Saya begitu senang bertemu dengan anda," tetapi. berusaha
menghindari kontak mata langsung dan melihat kesana-kemari untuk mengetahui
siapa lagi yang hadir. Orang ini mengirimkan pesan yang kontradiktif. Kita menyaksikan
pesan yang kontradiktif (juga dinamai "pesan berbaur" oleh
beberapa penulis) pada pasangan yang mengatakan bahwa mereka saling mencintai
tetapi secara nonverbal melakukan hal-hal yang saling menyakiti, misalnya
datang terlambat untuk suatu janji penting, mengenakan pakaian yang tidak
disukai pasangannya, menghindari kontak mata, atau tidak saling menyentuh.
Pesan-pesan tersebut ada juga
yang mengatakan sebagai "diskordansi" (discordance) merupakan akibat dari keinginan untuk
mengkomunikasikan dua emosi atas perasaan yang berbeda. Sebagai contoh, anda
mungkin menyukai seseorang dan ingin mengkomunikasikan perasaan positif ini,
tetapi anda juga tidak menyukai orang itu dan ingin mengkomunikasikan perasaan
negatif ini juga. Hasilnya adalah anda mengkomunikasikan kedua perasaan itu,
satu secara verbal dan lainnya secara nonverbal.
2. Komunikasi Adalah Proses Penyesuaian
2.
Komunikasi hanya dapat terjadi bila para
komunikatornya menggunakan sistem isyarat yang sama. Ini jelas kelihatan pada
orang-orang yang menggunakan bahasa berbeda. Anda tidak akan bisa berkomunikasi
dengan orang lain jika sistem bahasa anda berbeda. Tetapi, prinsip ini menjadi
sangat relevan bila kita menyadari bahwa tidak ada dua orang yang menggunakan
sistem isyarat yang persis sama. Orang tua dan anak, misalnya, bukan hanya
memiliki perbedaan kata yang berbeda, melainkan juga mempunyai arti yang berbeda
untuk istilah yang mereka gunakan.
Sebagian dari seni komunikasi adalah mengidentifikasikan
isyarat orang lain, mengenali bagaimana isyarat-isyarat tersebut digunakan, dan
memahami apa artinya. Mereka yang hubungannya akrab akan menyadari bahwa
mengenali isyarat-isyarat orang lain memerlukan waktu yang sangat lama dan
seringkali membutuhkan kesabaran. Jika kita ingin benar-benar memahami apa yang
dimaksud seseorang, bukan sekadar mengerti apa yang dikatakan atau
dilakukannya, kita harus mengenal sistem isyarat orang itu.
3.
Komunikasi Mencakup Dimensi Isi Dan
Hubungan
Komunikasi, setidak-tidaknya
sampai batas tertentu, berkaitan dengan dunia nyata atau sesuatu yang berada di
luar (bersifat ekstern bagi) pembicara dan pendengar. Tetapi, sekaligus,
komunikasi juga menyangkut hubungan di antara kedua pihak. Sebagai contoh,
seorang atasan mungkin berkata kepada bawahannya, "Datanglah ke ruang saya
setelah rapat ini." Pesan sederhana ini mempunyai aspek isi (kandungan,
atau content) dan aspek hubungan (relational).
Aspek isi mengacu pada tanggapan perilaku yang
diharapkan—yaitu, bawahan menemui atasan setelah rapat. Aspek hubungan
menunjukkan bagaimana komunikasi dilakukan. Bahkan penggunaan kalimat perintah
yang sederhana sudah menunjukkan adanya perbedaan status di antara kedua pihak
Atasan dapat memerintah bawahan. Ini barangkali akan lebih jelas terlihat bila
kita membayangkan seorang bawahan memberi perintah kepada atasannya. Hal ini
akan terasa janggal dan tidak layak karena melanggar hubungan normal antara atasan
dan bawahan.
Dalam setiap situasi komunikasi, dimensi isi mungkin
tetap sama tetapi aspek hubungannya dapat berbeda, atau aspek hubungan tetap
sama sedangkan isinya berbeda. Sebagai contoh, atasan dapat mengatakan kepada
bawahan "Sebaiknya anda menjumpai saya setelah rapat ini" atau
"Dapatkah kita bertemu setelah rapat ini?" Dalam kedua hal, isi pesan
pada dasarnya sama—artinya, pesan dikomunikasikan untuk mendapatkan tanggapan
perilaku yang sama—tetapi dimensi hubungannya sangat berbeda. Dal kalimat
pertama, jelas tampak hubungan atasan-bawahan, bahkan terasa kesan merendahkan
bawahan. Pada yang kedua, atasan mengisyaratkan hubungan yang lebih setara dan
memperlihatkan penghargaan kepada bawahan.
Ketidakmampuan Membedakan Dimensi Isi dan Hubungan
Banyak masalah di antara manusia disebabkan oleh
ketidakmampuan mereka mengenali perbedaan antara dimensi isi dan hubungan dalam
komunikasi. Perbedaan/perselisihan yang menyangkut dimensi isi relatif mudah
dipecahkan: Relatif mudah untuk memeriksa fakta yang dipertengkarkan. Sebagai
contoh, kita dapat memeriksa buku atau bertanya kepada seseorang tentang apa
yang sesungguhnya terjadi. Tetapi, pertengkaran yang menyangkut dimensi
hubungan jauh lebih sulit diselesaikan, sebagian karena kita jarang sekali mau
mengakui bahwa per tengkaran itu sesungguhnya menyangkut soal hubungan, bukan
soal isi.
4. Komunikasi Melibatkan Transaksi Simetris dan Komplementer
4.
Hubungan dapat berbentuk simetris atau
komplementer. Dalam hubungan simetris dua orang saling bercermin pada perilaku
lainnya. Perilaku satu orang tercermin pada perilaku yang lainnya. Jika salah
seorang mengangguk, yang lain mengangguk, jika yang satu menampakkan rasa
cemburu, yang lain memperlihatkan rasa cemburu; jika yang satu pasif, yang lain
pasif. Hubungan ini bersifat setara (sebanding), dengan penekanan pada
meminimalkan perbedaan di antara kedua orang yang bersangkutan.
Cara lain melihat hubungan simetris adalah dalam bentuk
persaingan dan perebutan pengaruh di antara dua orang. Masing-masing orang
dalam hubungan simetris perlu menegaskan kesebandingan atau keunggulannya
dibanding yang lain. Hubungan simetris bersifat kompetitif; masing-masing pihak
berusaha mempertahankan kesetaraan atau keunggulannya dari yang lain. Jika,
misalnya, salah satu pihak mengatakan bahwa sesuatu itu harus dilakukan dengan
cara tertentu, pihak yang lain akan menangkapnya sebagai pernyataan bahwa ia
tidak cukup kompeten untuk memutuskan bagaimana sesuatu itu harus dilakukan.
Terjadilah perebutan pengaruh. Tentu saja, kericuhan ini sebenarnya tidak
menyangkut tentang bagaimana sesuatu itu harus dilakukan. Kericuhan lebih
menyangkut tentang siapa yang berhak memutuskan. Kericuhan ini lebih menyangkut
siapa pihak yang lebih kompeten. Seperti dapat dengan mudah dipahami, tuntutan
pengakuan akan kesetaraan (atau keunggulan) seringkali menimbulkan pertengkaran
dan permusuhan.
Dalam
hubungan komplementer kedua pihak mempunyai perilaku yang berbeda. Perilaku
salah seorang berfungsi sebagai stimulus perilaku komplementer dari yang lain.
Dalam hubungan komplementer perbedaan di antara kedua pihak dimaksimumkan.
Orang menempati posisi yang berbeda; yang satu atasan, yang lain bawahan; yang
satu aktif, yang lain pasif; yang satu kuat, yang lain lemah . Pada masanya,
budaya membentuk hubungan seperti ini —misalnya, hubungan antara guru dan
murid, atau antara atasan dan bawahan—. Walaupun hubungan komplementer umumnya
produktif di mana perilaku salah satu mitra melengkapi atau menguatkan perilaku
yang lain, masih ada masalah. Salah satu masalah dalam hubungan komplementer,
yang dikenal baik oleh banyak mahasiswa, adalah yang disebabkan oleh kekakuan
yang berlebihan. Sementara hubungan komplementer antara seorang ibu yan
melindungi dan membimbing dengan anaknya yang sangat bergantung kepadanya pada
suatu saat sanglt penting dan diperlukan untuk kehidupan si anak, hubungan yang
sama ketika anak ini beranjak dewasa menjadi penghambat bagi pengembangan anak
itu selanjutnya. Perubahan yang begitu penting untuk pertumbuhan tidak
dimungkinkan terjadi.
5. Rangkaian Komunikasi Dipunkuasi
Peristiwa komunikasi merupakan
transaksi yang kontinyu. Tidak ada awal dan akhir yang jelas. Sebagai pemeran
serta atau sebagai pengamat tindak komunikasi, kita membagi proses kontinyu dan
berputar ini ke dalam sebab dan akibat, atau ke dalam stimulus dan tanggapan.
Artinya, kita mensegmentasikan arus kontinyu komunikasi ini ke dalam
potongan-potongan yang lebih kecil. Kita menamai beberapa di antaranya sebagai
sebab atau stimulus dan lainnya sebagai efek atau tanggapan.
Setiap tindakan merangsang tindakan yang
lain. Masing-masing tindakan berfungsi sebagai stimulus bagi yang lain. Tetapi,
tidak ada stimulus awal. Masing-masing kejadian dapat dianggap sebagai stimulus
dan masing-masing kejadian dapat pula dianggap sebagai efek, tetapi tidak bisa
ditentukan mana yang stimulus dan mana yang tanggapan. Jika kita menghendaki
komunikasi efektif—jika kita ingin memahami maksud orang lain—maka kita harus
melihat rangkaian kejadian seperti yang dipunktuasi orang lain. Selanjutnya,
kita harus menyadari bahwa punktuasi kita tidaklah mencerminkan apa yang ada
dalam kenyataan, melainkan merupakan persepsi kita sendiri yang unik dan bisa
keliru.
Komunikasi
adalah proses transaksional
Komunikasi
adalah transaksi. Dengan transaksi dimaksudkan bahwa komunikasi merupakan suatu
proses, hahwa komponen-komponennya saling terkait, dan bahwa para
komunikatornya beraksi dan bereaksi sebagai suatu kesatuan atau keseluruhan.
Komunikasi adalah Proses
Komunikasi merupakan suatu proses,
suatu kegiatan. Walaupun kita mungkin membicarakan komunikasi seakan-akan ini
merupakan suatu yang statis, yang diam, komunikasi tidak pernah seperti itu.
Segala hal dalam komunikasi selalu berubah —kita, orang yang kita ajak berkomunikasi,
dan lingkungan kita.
Komponen-komponen Komunikasi Saling Terkait
Dalam setiap proses transaksi,
setiap komponen berkaitan secara integral dengan setiap komponen yang lain.
Komponen komunikasi saling bergantung, tidak pernah independen: Masing-masing
komponen dalam kaitannya dengan komponen yang lain. Sebagai contoh, tidak
mungkin ada sumber tanpa penerima, tidak akan ada pesan tanpa sumber, dan tidak
akan umpan balik tanpa adanya penerima. Karena sifat saling bergantung ini,
perubahan pada sembarang komponen proses mengakibatkan perubahan pada komponen
yang lain. Misalnya, anda sedang berbincang-bincang dengan sekelompok teman,
kemudian ibu anda datang masuk ke kelompok. Perubahan "khalayak" ini
akan menyebabkan perubahan-perubahan lain. Barangkali anda atau teman-teman
anda akan mengubah bahan pembicaraan atau mengubah cara membicarakannya. Ini
juga dapat mempengaruhi berapa sering orang tertentu berbicara, dan seterusnya.
Apa pun perubahan yang pertama, perubahan-perubahan lain akan menyusul sebagai
akibatnya.
Komunikator bertindak sebagai satu kesatuan
Setiap orang yang terlibat
dalam komunikasi beraksi dan bereaksi sebagai satu kesatuan yang utuh. Secara
biologis kita dirancang untuk bertindak sebagai makhluk yang utuh. Kita tidak
dapat bereaksi, misalnya, hanya pada tingkat emosional atau intelektual saja,
karena kita tidak demikian terkotak-kotak. Kita pasti akan bereaksi secara
emosional dan intelektual, secara fisik dan kognitif. Kita bereaksi dengan
tubuh dan pikiran. Barangkali akibat terpenting dari karakteristik ini adalah
bahwa aksi dan reaksi kita dalam komunikasi ditentukan bukan hanya oleh apa
yang dikatakan, melainkan juga oleh cara kita menafsirkan apa yang dikatakan.
Reaksi kita terhadap sebuah film, misalnya, tidak hanya bergantung pada kata-kata
dan gambar dalam film tersebut melainkan pada semua yang ada pada kita
—pengalaman masa lalu kita, emosi kita saat itu, pengetahuan kita, keadaan
kesehatan kita, dan banyak lagi faktor lain. Jadi, dua orang yang mendengarkan
sebuah pesan seringkali menerimanya dengan arti yang sangat berbeda. Walaupun
kata-kata dan simbol yang digunakan sama, setiap orang menafsirkannya secara
berbeda.
6. Komunikasi Tak Terhindarkan
6.
Anda mungkin menganggap bahwa komunikasi
berlangsung secara sengaja, bertujuan, dan termotivasi secara sadar. Dalam
banyak hal ini memang demikian. Tetapi, seringkali pula komunikasi terjadi
meskipun seseorang tidak merasa berkomunikasi atau tidak ingin berkomunikasi.
Dalam situasi interaksi, anda tidak bisa tidak berkomunikasi. Tidaklah berarti
bahwa semua perilaku merupakan komunikasi; misalnya, jika sang murid melihat ke
luar jendela dan guru tidak melihatnya, komunikasi tidak terjadi.
Selanjutnya, bila kita dalam situasi interaksi, kita
tidak bisa tidak menanggapi pesan dari orang lain. misalnya, jika kita melihat
seseorang melirik ke arah kita, kita pasti bereaksi dengan cara tertentu.
Seandainyapun kita tidak bereaksi secara aktif atau secara terbuka, ketiadaan
reaksi ini sendiri pun merupakan reaksi, dan itu berkomunikasi. Kita tidak bisa
tidak bereaksi. Sekali lagi, jika kita tidak menyadari lirikan itu, jelas bahwa
komunikasi tidak terjadi.
7. Komunikasi Bersifat Tak Reversibel
7.
Anda dapat membalikkan arah proses beberapa sistem
tertentu. Sebagai contoh, anda dapat mengubah air menjadi es dan kemudian
mengembalikan es menjadi air, dan anda dapat mengulang-ulang proses dua arah
ini berkali-kali sesuka anda. Proses seperti ini dinamakan proses
reversibel. Tetapi ada sistem lain yang bersifat tak reversibel (irreversible).
Prosesnya hanya bisa berjalan dalam
satu arah, tidak bisa dibalik. Anda, misalnya, dapat mengubah buah anggur
menjadi minuman anggur (sari anggur), tetapi anda tidak bisa mengembalikan sari
anggur menjadi buah anggur. Komunikasi termasuk proses seperti ini, proses tak reversibel.
Sekali anda mengkomunikasikan sesuatu, anda tidak bisa tidak
mengkomunikasikannya. Tentu saja, anda dapat berusaha mengurangi dampak dari
pesan yang sudah terlanjur anda sampaikan; anda dapat saja, misalnya,
mengatakan, "Saya sangat marah waktu itu; saya tidak benar-benar bermaksud
mengatakan seperti itu." Tetapi apa pun yang anda lakukan untuk mengurangi
atau meniadakan dampak dari pesan anda, pesan itu sendiri, sekali telah
dikirimkan dan diterima, tidak bisa dibalikkan. (Ada pepatah Indonesia yang
mengatakan, nasi telah menjadi bubur.)
Prinsip ini mempunyai beberapa implikasi penting
komunikasi dalam segala macam bentuknya. Sebagai contoh, dalam interaksi
antarpribadi, khususnya dalam situasi konflik, kita perlu hati-hati untuk tidak
mengucapkan sesuatu yang mungkin nantinya ingin kita tarik kembali. Pesan yang
mengandung komitmen—pesan "aku cinta kepadamu" dengan segala macam
variasinya— juga perlu diperhatikao , lika tidak, kita mungkin terpaksa
mengikatkan diri kita pada suatu posisi yang mungkin nantinya kitt sesali.
Dalam situasi komunikasi publik atau komunikasi masa, di mana pesan-pesan
didengar oleli ratusan, ribuan, bahkan jutaan orang, sangatlah penting kita
menyadari bahwa komunikasi kita bersifat tak reversibel.
C. Persepsi
dalam konteks komunikasi
Proses Persepsi
Persepsi bersifat
kompleks. Tidak ada hubungan satu lawan satu antara pesan yang terjadi di
"luar sana" dengan pesan yang akhirnya memasuki otak kita. Apa yang
terjadi di dunia luar dapat sangat berbeda dengan apa yang mencapai otak kita
Mempelajari bagaimana dan mengapa pesan-pesan ini berbeda sangat penting untuk
memahami komunikasi.
1. Terjadinya
Stimulasi Alat Indra (Sensory Stimulation)
Pada tahap pertama alat-alat indra distimulasi
(dirangsang): Kita mendengar suara musik. Kita melihat seseorang yang sudah
lama tidak kita jumpai. Kita mencium parfum orang yang berdekatan dengan kita,
Kita mencicipi sepotong kue. Kita merasakan telapak tangan yang berkeringat
ketika berjabat tangan.
2. Stimulasi
terhadap Alat Indra Diatur
Pada tahap
kedua, rangsangan terhadap alat indra diatur berbagai prinsip. (makalah
persepsi)
3. Stimulasi Alat
Indra Ditafsirkan-Dievaluasi
Tahap ketiga dalam proses perseptual adalah
penafsiran-evaluasi. Kita menggabungkan kedua istilah ini ini untuk menegaskan
bahwa keduanya tidak bisa dipisahkan. Langkah ketiga ini merupakan proses
subyektif yang melibatkan evaluasi di pihak penerima. Penafsiran-evaluasi kita
tidak semata-mata didasarkan pada rangsangan luar, melainkan juga sangat dipengaruhi
oleh pengalaman masa lalu, kebutuhan, keinginan, sistem nilai, keyakinan
tentang yang seharusnya, keadaan fisik, dan emosi pada saat itu, dan sebagainya
yang ada pada kita.
Perbedaan individual ini janganlah sampai membutakan kita
akan validitas beberapa generalisasi tentang persepsi. Meskipun generalisasii
ini belum tentu berlaku untuk seseorang tertentu, tampaknya ia berlaku untuk
sebagian cukup besar orang.
Proses Yang Mempengaruhi Persepsi
Antara kejadian stimulasi dengan evaluasi atau penafsiran
terhadap stimulasi, persepsi dipengaruhi oleh berbagai proses psikologis
penting. Diantarannya : teori kepribadianl implisit (implicit
personality theory), ramalan yang terpenuhi dengan sendirinya (self-fulfilling
prophecy), aksentuasi perseptual (perceptual accentuation),
primasi-resensi (primacy-recency), konsistensi (consistency), dan
stereotiping (stereotyping). Lihat
Gambar dibawah.
|
|||||
|
a. Teori
Kepribadian Implisit
Bacalah pernyataan singkat berikut. Tandailah
karakteristik dalam tanda kurung yang kelihatannya paling cocok untuk
melengkapi kalimat tersebut:
Agus bergairah, memiliki rasa ingin tahu yang besar, dan
(cerdas, kurang cerdas)
Dewi berani, tegar, dan (ekstrovert, introvert)
Sitha periang, lincah, dan (langsing, gemuk)
Hari ramah, posiif, dan (menarik, tidakm menarik)
Kata-kata tertentu tampaknya benar dan lainnya
kelihatannya salah. Yang membuatnya kelihatannya salah dan kelihatan benar
adalah teori kepribadian imlisit. Sistem aturan yang mengatakan kepada
kity mana karakteistik yang sesuai untuk karakteristik yang lain.
Kebanyakan teori orang mengatakan bahwa seseorang yang
bergairah dan mempunyai rasa ingin tahu yang besar pasti juga cerdas. Tentu
saja tidak ada alasan logis untuk mengatakan bahwa orang yang tidak cerdas
tidak bergairah dan tidak mempunvai rasa ingin tahu yang besar.
"Efek halo"
yang banyak dikenal merupakan fungsi dari teori kepribadian implisit kita. Jika
kita percaya bahwa seseorang memiliki sejumlah kualitas positif, kita
menyimpulkan bahwa ia juga memiliki
kualitas positif yang lain. "Efek halo terhalik" juga ada. Jika
kita tahu bahwa seseorang memiliki sejumlah kualitas negatif, kita cenderung
menyimpulkan bahwa orang itu memiliki kualitas negatif yang lain.
Hambatan
Potensial
¨
Mempersepsikan
kualitas-kualitaa dalam diri seorang yang menurut "teori" seharusnya
dimilikinya, padahal kenyataannya tidak demikian.
¨
Mengabaikan
kualitas atau karakteristik yang tidak sesuai dengan teori ita.
¨
Penggunaan
teori kepribadian implisit ini, bersama dengan efek halo dan efek halo terbalik
seringkali membawa kita pada ramalan yang terpenuhi dengan sendirinnya.
b. Ramalan yang Terpenuhi dengan Sendirinya
Ramalan yang terpenuhi dengan sendirinya terjadi bila
kita membuat perkiraan atau merumuskan keyakinan yyang menjadi kenyataan karena
kita meramalkannya dan bertindak seakan-akan itu benar.
Ada empat langkah dasar dalam proses ini:
1.
Kita
membuat prediksi atau merumuskan keyakinan tentang seseorang atau situasi.
2.
kita
bersikap kepada orang atau situasi tersebut seakan-akan ramalan atau keyajkinan
kita benar.
3.
karena
kita bersikap demikian, ia menadi kenyataan .
4.
kita
mengamati efek diri kita terhadap seseorang atau akibat terhadap situasi, dan
apa yang kita saksikan memperkuat keyakinan kira.
Hambatan Potensial
¨
Mempengaruhi perilaku orang lain sehingga sesuai dengan
ramalan kita
¨
Melihat
apa yang diramalkan ketimbang apa yang sebenarnya, misalnya. ini dapat membuat
kita karena ramalan itu kita buat, bukan karena adanya kegagalan yang aktual,
menganggap diri kita gagal.
c. Aksentuasi
Perseptual
“Tiada rotan akar pun jadi” adalah pepatah yang banyak
kita jumpai dalam komunikasi: Untuk menjadi calon aktor, peran sekecil apapun
dan seperti apa pun dalam sebuah film adalah lebih baik ketimbang tidak
mendapat peran apapun. Bayam barangkali rasanya tidak enak tetapi bila anda
lapar rasanya akan sama lezat dengan ayam panggang.
Proses tersebut yang dinamai aksentuasi perseptual, membuat kita melihat apa yang kita harapkan
dan kita inginkan. Kita melihat orang yang kita sukai sebagai lebih tampan
dan lebih pandai ketimbang orang yang tidak kita sukai. Kontra argumen yang
jelas adalah bahwa sebenarnya kita lebih menyukai orang pandai dan tampan dan
oleh karenanya kita mencari-cari orang seperti ini, bukan karena orang yang
kita sukai itu kelihatan tampan dan pandai. Proses umum yang sering terjadi
setiap hari. Orang yang haus melihat bayangan air (fatamorgana).
Hambatan Potensial
¨ Mendistorsi
persepsi kita tentang realitas; membuat kita melihat apa yang kita butuhkan
atau inginkan ketimbang apa yang nyatanya ada, dan tidak melihat apa yang tidak
ingin kita lihat Misalnya, anda mungkin tidak merasa akan gagal dalam mata
kuliah komunikasi karena anda memusatkan perhatian pada apa yang anda inginkan.
¨
Menyaring
atau mendistorsi informasi yang mungkin merusak atau mengancam citra-diri kita
dan dengan demikian sangat mernpersulit upaya peningkatan-diri
¨
Memandang
orang lain memiliki karakteristik atau kualitas negatif yang sebenarnya ada
pada diri kita.
¨
Melihat
dan mengingat kualitas atau karakteristik positif lebih daripada yang negatif,
dan dengan demikian mendistorsi persepsi kita tentang orang lain
¨
Merasakan
perilaku tertentu dari orang lain sebagai menunjukkan bahwa ia menyukai kita
hanya karena sebenarnya kita ingin disukai. Sebagai contoh, sikap bersahabat
dan ramah dari seorang wiraniaga kita terima sebagai tanda bahwa yang
bersangkutan menyukai kita, padahal sebenarnya itu hanya bagian dari strategi
persuasi tertentu.
d. Primasi-Resensi
Anggaplah sementara bahvva anda sedang suatu mengambil
mata kuliah di mana separuh kegiatan kelas sangat membosankan dan separuh
lainnya sangat menyenangkan. Pada akhir semester anda diminta mengevaluasi mata
kuliah ini dan pengajarnya. Apakah evaluasi anda akan lebih baik jika kegiatan
kelas yang membosankan terjadi selama tengah pertama semester dan kegiatan
yang menyenangkan terjadi selama tengah
kedua semester itu? Ataukah evaluasi anda akan lebih baik jika urutannya
dibalik? Jika yang muncul pertama lebih kuat pengaruhnya, kita mengalami apa
yang dinamakan efek primasi (Primacy Effect). Jika yang muncul
terakhir (atau paling baru) lebih kuat pengaruhnya kita mengalami efek resensi (Recency Effect)
Implikasi praktis dari efek primasi-resensi ini adalah
bahwa kesan pertama yang tercipta tampaknya paling penting. Melalui kesan
pertama ini, orang lain akan menyaring tambahan informasi untuk merumuskan
gambaran tentang seseorang yang mereka persepsikan.
Hambatan Potensial
¨
Merumuskan
gambaran menyeluruh tentang seseorang berdasarkan kesan awal yang belum akurat.
¨
Mendistorsi
persepsi yang datang kemudian untuk tidak merusak kesan pertama kita.
e. Konsistensi
Anda mempunyai kecenderungan yang kuat untuk menjaga
keseimbangan atau konsistensi di antara persepsi-persepsi anda. Konsistensi
menggambarkan kebutuhan anda untuk memelihara keseimbangan daintara sikap-sikap
anda. Anda memperkirakan bahwa hal-hal tertentu selalu muncul bersama-sama dan
hal-hal lain akan muncul bersama-sama.
Selanjutnya kita berharap seseorang yang kita sukai
memiliki karakteristik yang kita sukai atau kita puja, dan kita berharap
mmusuh-musuh kita tidak memiliki karakteristik yang kita sukai atau kita puja.
Sebaliknya kita berharap orang yang kita sukai tidak memiliki sifat-sifat yang
tidak menyenangkan dan orang yang tidak kita sukai memiliki sifat-sitat yang
tidak menyenangkan.
Hambatan Potensial
¨
Mengabaikan
atau mendistorsi persepsi tentang perilaku yang tidak konsisten dengan gambaran
kita mengenai seseorang secara utuh.
¨
Mempersepsikan
perilaku spesifik sebagai terpancar dari kualitas positif orang yang kita sukai
dan dari kualitas negatif orang yang tidak kita sukai. Oleh karenanya kita
tidak mampu melihat perilaku positif maupun negatif.
¨
Melihat
perilaku tertentu sebagai positif jika perilaku yang lain ditafsirkan sebagai
positif (efek halo) atau sebaliknya
f. Stereotyping
Jalan pintas yang sering digunakan dalam persepsi adalah stereotiping
(stereotyping). Stereotipe spsiologis atau psikologis adalah citra yang melekat atas sekelompok orang.
Kita semua mempunyai stereotipe tentang kelompok bangsa. kelompok agama,
kelompok ras, atau barangkali tentang kaum penjahat, kaum waria, atau guru.
Hambatan Potensial
Stereotipe dapat
menimbulkan dua hambatan utama. Kecenderungan kita untuk mengelompokkan orang
ke dalam kelas-kelas dan bereaksi terhadap seseorang terutama sebagai anggoata
kelas-kelas ini dapat membuat kita:
¨
Mempersepsikan
orang seakan-akan memiliki kualitas-kualitas tertentu dan, karenanya tidak
mampu mengenali sifat multi aspek dari semua orang dan semua kelompok.
¨
Mengabaikan
ciri khas yang dimilili seseorang dan karenanya tidak mampu menarik manfaat
dari konstruibusi khusus yang dapat diberikan setiap pihak dalam suatu
interaksi
Membuat Persepsi Lebih Akurat
Efektifitas komunikasi dan
hubungan bergantung sebagian besar pada keakuratan kita dalam mempersepsi suatu
pesan yang muncul. Kita dapa meningkatkan akurasi kita dengan (1) menerapkan
strategi untuk mengurangi ketidakpastian, dan (2) mengikuti beberapa pedoman
atau prinsip yangh diusarankan.
Strategi Untuk Mengurangi Ketidakpastian
Asumsi umum yang digunakan
disini adalah bahwa komunikasi merupakan proses bertahap (gradual)
di mana orang saling mengurangi ketida kpastian tentang yang lain. Dengan
tiap-tiap interaksi kita semakin mengenal pihak lain dan secara
berangsur-angsur mulai mengenal orang itu pada tingkat yang lebih bermakna.
Ada 3 strategi utama untuk
mengurangoiketidakpastian : strategi pasif, aktif, dan interaktif.
Strategi pasif, Bila kita mengamati orang lain tanpa orang itu
sadar bahwa dia sedang kita amati. Yang paling bermanfaat dalam observasi pasif
ini adalah mengamati seseorang dalam tugas aktif tertentu, misalnya dalam
interaksinya dengan orang lain dalam situasi informal.
Strategi Aktif, Bila kita secara aktif mencari informasi
tentang seseorang dengan cara apapun selain berinteraksi dengan orang itu.
Sebagai contoh, anda dapat bertanya kepada orang lain tentang orang itu
(“Seperti apa rupanya?” “Apakah bekerja di luar?, dan sebagainya). Kita juga
dapat memenipulasi lingkungan dengan cara tertentu sehingga dapat mengamati
seseorang secara lebih spesifik dan jelas.
Strategi interaktif,
Bila kita sendiri berinteraksi dengan seseorang. Kita juga mendapatkan
pengetahuan tentang orang lain dengan mengungkapkan informasi tentang diri kita
sendiri. Pengungkapan-diri mencipatkan lingkungan yang santai mendorong
pengungkapan dari orang lain yang ingin ebih kita kenal.
Ketiga strategi ini bermanfaat
untuk mengurangi ketidakpastian anda mengenai orang lain. Sayang nya banyak
orag mnerasa bahwa mereka sudh cukup mengena; seseorang setelah menerapkan
hanya startegoi pasif. Strategi aktif lebih bersifat megungkapkan, dan startegi
interaktif lebih banyak labi mengunkapkannya.Menerapkan ketiga macam strategi
ini akan membuat persepsi anda seakurat mungkin.
Pedoman Untuk Meningkatkan Akurasi Persepsi
Disamping menghindari
hambatan-hambatan potensial; dalam beragai proses persepsi yang dikemukakan
sebelumnya dan menerapkan ketiga strategi untuk mengurangi ketidakpastian,
berikut ini beberapa saran yang akan membantu meningkatkan akurasi persepsi
antarpribafdi anda.
1. Carilah
berbagai petunjuk yang
menunjuk ke arah yang sama. Makin banyak petunjuk perseptual yang menuju ke
arah yag sama, makin besar kemungkinan
kesimpulan anda benar..
2. Berdasarkan pengamatan kita atas perilaku,
rumuskan hipotesis. Ujilah hipotesis
ini terhadap informasi dan bukti-bukti tambahan; jangan menarik kesimpulan yang
nantinya akan kita coba konfirmasikan.
3. Perhatikan
khususnya petunjuk-petunjuk yang kontradiktif, petunjuk yang akan menolak hipotesis awal kita.
Akan lebih mudah menerima yang mendukung hipotesis ketimbang menerima petunjuk
yang menentangnya.
4. Jangan
menarik kesimpulan sampai
kita memiliki kesempatan untuk menproses beragam petunjuk.
5.
Hindari membaca pikiran oirang lain. Kita hanya dapat membuat asumsi berdasarkan
perilaku yang tampak. Motif, sikap, atau nilai seseorang tidak terbuka bagi
inspeksi pihak luar.
6. Jangan menganggap orang lain seperti diri
kita, berpikir seperti cara diri kita, atau bertindak seperti yang koita
lakukan. Sadarilah keragaman dan keunikan manusia.
7.
Waspadalah
terhadap bias diri kita sendiri. Sebagi contoh, hanya menerima hal-hal
positif pada diri oarang yang kita sukai dan hanya menerima hal-hal pelayanan
negatif pada diri orang yang tidak kita sukai.
2. Proses Komunikasi Yang Terjadi Antara Guru dan Murid di SDN Penjaringan Sari II
Di dalam komunikasi pembelajaran, tatap muka
seorang guru mempunyai peran yang sangat penting di dalam kelas yaitu peran
mengoptimalkan kegiatan belajar. Ada tiga kemampuan esensial yang harus
dimiliki guru agar peran tersebut terealisasi, yaitu kemampuan merencanakan
kegiatan, kemampuan melaksanakan kegiatan dan kemampuan mengadakan komunikasi.
Ketiga kemampuan ini disebut generic essensial. Ketiga kemampuan ini
sama pentingnya, karena setiap guru tidak hanya mampu merencanakan sesuai
rancangan, tetapi harus terampil melaksanakan kegiatan belajar dan terampil
menciptakan iklim yang komunikatif dalam kegiatan pembelajaran.
Iklim komunikatif yang baik dalam hubungan
interpersonal antara guru dengan guru, guru dengan siswa, dan siswa dengan
siswa merupakan kondisi yang memungkinkan berlangsungnya proses belajar
mengajar yang efektif, karena setiap personal diberi kesempatan untuk ikut
serta dalam kegiatan di dalam kelas sesuai dengan kemampuan masing-masing.
Sehingga timbul situasi sosial dan emosional yang menyenangkan pada tiap personal,
baik guru maupun siswa dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab
masing-masing.
Dalam menciptakan iklim komunikatif guru
hendaknya memperlakukan siswa sebagai individu yang berbeda-beda, yang
memerlukan pelayanan yang berbeda pula, karena siswa mempunyai karakteristik
yang unik, memiliki kemampuan yang berbeda, minat yang berbeda, memerlukan
kebebasan memilih yang sesuai dengan dirinya dan merupakan pribadi yang aktif.
Untuk itulah kemampuan berkomunikasi guru dalam kegiatan pembelajaran sangat
diperlukan.
Kemampuan itu menurut Raka Joni mencakup : a) kemampuan guru
mengembangkan sikap positif siswa dalam kegiatan pembelajaran; b) kemampuan
guru untuk bersikap luwes dan terbuka dalam kegiatan pembelajaran; c) kemampuan
guru untuk tampil secara bergairah dan bersungguh-sungguh dalam kegiatan
pembelajaran; d) kemampuan guru untuk mengelola interaksi siswa dalam kegiatan
pembelajaran.
Adapun usaha guru dalam membantu mengembangkan
sikap positif pada siswa misalnya dengan menekankan kelebihan-kelebihan siswa
bukan kelemahannya, menghindari kecenderungan untuk membandingkan siswa dengan
siswa lain dan pemberian insentif yang tepat atas keberhasilan yang diraih
siswa.
Kemampuan guru untuk bersikap luwes dan terbuka
dalam kegiatan pembelajaran bisa dengan menunjukkan sikap terbuka terhadap
pendapat siswa dan orang lain, sikap responsif, simpatik, menunjukkan sikap
ramah, penuh pengertian dan sabar (Ali Imran, 1995). Dengan terjalinnya
keterbukaan, masing-masing pihak merasa bebas bertindak, saling menjaga kejujuran
dan saling berguna bagi pihak lain sehingga merasakan adanya wahana tempat
bertemunya kebutuhan mereka untuk dipenuhi secara bersama-sama.
Kemampuan guru untuk tampil secara bergairah
dan bersungguh-sungguh berkaitan dengan penyampaian materi di kelas yang
menampilkan kesan tentang penguasaan materi yang menyenangkan. Karena sesuatu
yang energik, antusias, dan bersemangat memiliki relevansi dengan hasil
belajar. Perilaku guru yang seperti itu dalam proses belajar mengajar akan
menjadi dinamis, mempertinggi komunikasi antar guru dengan siswa, menarik
perhatian siswa dan menolong penerimaan materi pelajaran.
Kemampuan guru untuk mengelola interaksi siswa
dalam kegiatan pembelajaran berhubungan dengan komunikasi antara siswa, usaha
guru dalam menangani kesulitan siswa dan siswa yang mengganggu serta
mempertahankan tingkah laku siswa yang baik. Agar semua siswa dapat
berpartisipasi dan berinteraksi secara optimal, guru mengelola interaksi tidak
hanya searah saja yaitu dari guru ke siswa atau dua arah dari guru ke siswa dan
sebaliknya, melainkan diupayakan adanya interaksi multi arah yaitu dari guru ke
siswa, dari siswa ke guru dan dari siswa ke siswa.Jadi semua kemampuan guru di
atas mengarah pada penciptaan iklim komunikatif yang merupakan wahana atau sarana
bagi tercapainya tujuan pembelajaran yang optimal.
Berdasarkan observasi yang
telah kami lakukan, komunikasi yang terjadi di SDN Penjaringan Sari II
Rungkut khususnya kelas 5
saat mata pelajaran Pendidikan Agama Islam oleh Bu Fatimah berlangsung cukup
efektif. Di kelas yang beranggotakan
16 siswa laki – laki dan 13 siswa perempuan tersebut pada saat awal
pertemuan guru memberi kata yel - yel “
Apa kabar hari ini ?”. Dan murid menjawab “Alhamdulillah luar biasa, Allahu
Akbar”. Lalu SDN Penjaringan Sari II Yes! Yes! ” yang berguna untuk
membangkitkan semangat belajar murid setelah selesai jam istarahat. Selain itu
di awal pelajaran juga dibuka dengan membaca ayat suci Al-Qur’an.
Materi yang disampaikan adalah tentang puasa. Saat proses pembelajaran
berlangsung, guru menggunakan metode ceramah dengan bahasa Indonesia dan Jawa.
Materi disampaikan dengan jelas, tegas dan intonasi suara yang keras sehingga
dapat terdengar hingga barisan belakang. Guru juga sering untuk menjalin
komunikasi dengan murid dengan mengajukan pertanyaan – pertanyaan. Selain
dengan megajukan pertanyaan guru juga memberikan kesempatan kepada murid untuk
bertanya jika belum memahami materi pelajaran yang disampaiakan.
Dalam pelaksanaannya guru tidak menggunakan media apapun, beliau hanya
menjelaskan materi di depan kelas. Tetapi murid dapat merespon dengan baik.
Terkadang guru memberikan reward bagi murid yang berhasil menjawab pertanyaan
sehingga murid terpancing untuk aktif dalam pelajaran.
Tidak hanya itu, sikap guru yang sabar dan penyayang ini rupanya cukup di
segani oleh murid-muridnya. Selain menguasai materi, guru juga dapat
mengkondisikan kelas dengan sangat baik. Jarang terlihat murid yang tidak memperhatikannya,
karena murid yang berbicara sendiri akan di berikan efek jera berupa hukuman
menjawab pertanyaan, sehingga murid akan berpikir dua kali tentunya apabila
ingin mengulangi kesalahan yang sama.
Setelah metode ceramah dilakukan, guru akan menggunakan metode
tanya-jawab dengan memberi kesempatan kepada semua murid untuk mengajukan
materi apa yang belum dimengerti dan belum jelas, sehingga kelas menjadi hidup.
Para murid berlomba mengajukan pertanyaan, dan guru tidak akan serta merta
menjawabnya, namun akan di kembalikan kepada murid lainnya agar penguasaan
materi dapat merata dan para murid terbiasa aktif dan berbicara di dalam kelas.
Apabila murid tidak ada yang mampu menjawab, guru akan memberikan
pancingan-pancingan jawaban yang akan langsung di respon para murid menuju
jawaban yang dinginkan dan benar. Setelah itu barulah guru memberikan jawaban
yang lebijelas dan mudah di pahami oleh para murid.
3. Keefektifan Proses Komunikasi Yang Dijalin Guru Di Sekolah.
Menurut observasi yang
telah kami lakukan di SDN Penjaringan Sari II, komunikasi yang terjalin antara
guru dan murid terjalin efektif. Setiap pertanyaan yang diajukan oleh guru
dapat dijawab dengan baik oleh murid. Bahkan murid berebut untuk menjaawab
pertanyaan yang diberikan. Tidak ada
murid yang berdiam diri saja mereka berlomba – lomba untuk bisa
memberikan jawaban yang paling benar.
Pancingan dari guru kepada murid untuk memberikan
jawaban pada setiap pertanyaan yang diberikan telah berhasil membuat siswa
untuk aktif bertanya dan menjawab pada saat proses pembelajaran. Dari pancingan
jawaban tersebut, murid berusaha untuk menerka – nerka jawaban apa yang benar
atas pertanyaan yang diberikan. Tidak ada murid yang takut untuk salah ketika
menjawab pertanyaan. Mereka selalu berusaha untuk menjawab meskipun jawaban
yang dilontarkan tersebut salah dan tidak jarang ditertawakan oleh teman –
temannya. Justru tertawaan dari teman – temannya tersebut yang membuat anak
yang salah menjawab untuk terus berusaha berfikir dan memberikan jawaban yang
benar.
Sikap terbuka dan pujian yang diberikan dari guru
menbuat murid merasa nyaman untuk mengungkapkan apa yang mereka pikirkan dan
bertanya tenyang papa yang belum mereka mengerti. Sikap ini sangat dibutuhkan
oleh komunikator yang baik, sehingga komunikan dapat dengan leluasa menanyakan
kepada komunikator tentang informasi yang ia berikan. Karena jika seorang
komunikator tidak terbuka tehadap komunikan dan bersikap tertutp, maka seorang
komunikan akan merasa enggan unuk menyakan informasi yang belum mereka pahami.
Sehingga pada akhirnya informasi yamg disampaikan akan terjadi miss atau
kesalahan.
Dan dalam proses komunikasi yang dilakukan guru
dan murid di SDN Penjaringan Sari II, sang guru dalam hal ini adalah
komunikator akan menjelaskan kembali materi yang disampaikan jika murid pada
saat ditanya diam saja. Hal ini menunjukan bahwa guru memiliki perhatian yang
penuh terhadap kumunikannya atau murid jika mereka belum memahami atau kurang
jelas terhdap materi yang disampaikan. Guru juga memberikan contoh – contoh
yang sederhana dan menarik sesuai dengan kehidupan mereka sehari – hari. Yang
dapat dengan mudah dicerna murid dan diingat – ingat untuk dilaksanakan dalam
kehidupannya.
Menurut wawancara yang kami lakukan denga Bu
Fatimah secara langsung, beliau juga sering menggunakan metode pengajaran
cerita, tanya jawab, dan permainan. Cara penyampaian materi yang seperti ini
yang disukai murid dan dapat memancing feedback atau tanggapan dari murid
berupa tindakan, jawaban atau perilaku yang lain. Jika komunikan telah
menunjukan respon yang baik terhadap perintah atau arahan yang diberikan
menunjukan komunikasi yang dilakukan berjalan dengan lancar dan cara yang
digunakan bersifat efektif.
Tetapi menurut wawancara yang juga kami lakukan
terhadap murid kelas V mengungkapkan bahwa ada guru yang galak dan suka marah
dengan membentak – bentak. Komunikasi yang seperti ini sangat tidak baik untuk
diterapkan dalam lingkungan pendidikan terutama anak SD. Karena anak SD
merupakan tahap perkembangan anak yang terkadang masing suka untuk mencotoh
perbuatan apa yang dia lihat dan dia rasakan. Selain itu komunikasi yang
seperti ini tidak akan dapat berjalan dengan lancar. Karena komunikan atau
murid cenderung merasa takut untuk mejawab pertanyaan ataupun bertanya terhadap
materi yang kurang jelas. Sikap yang suka marah yang ditunjukan komunikator
atau dalam hal ini guru membuat komunikan tau dalam hal ini murid merasa takut
sebelum mereka memberikan respon atau tanggapan. Mereka akan takut salah
menjawab dan dimarahi. Meskipun guru marah karena murid membuat kesalahan,
tidak seharusnya membentak ataupun menggunakan kata – kata yang dapat
menyinggung perasaan murid
4. Hambatan Yang Terjadi Pada Saat
Prses Komunikasi Dan Cara Mengatasinya
Pada dasarnya tidak ada komunikasi yang berjalan
dengan benar – benar efktif. Selalu ada hambatan – hambatan yang membuat
komunikasi tersebut tidak berjalan dengan efektif.
Dan banyak faktor yang mempengaruhinya. Dilihat dari komunikatornya :
1. Kepandaian komunikator dalam menyampaikan pesan
2. Sikap komunikator
3. Penggetahuan komunikator
4. Sitem sosial
5. Keadaan lahiriah komunikator
Dilihat dari komunikan :
1. Kecakapan komunikan dalam menerima pesan
2. Sikap komunikan
3. Pengetahuan komunikan
4. Sistem sosial
5. Keadaan lahiriah
Sama halnya yang dihadapi Bu Fatimah ketika
mengajar mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Beliau tidak jarang menemui
hambatan – hambatan. Mulai dari daya tangkap murid terhadap materi pelajaran,
ada murid yang dapat langsung tanggap dan mengerti, ada yang sedang dan ada
juga yang lambat dalam menerima materi yang diajarkan. Selain itu juga dalam
hal pelafalan ayat – ayat Al Qur’an, ada yang dapat melafalkannya dengan cepat
dan ada yang membubutuh waktu lama. Maka dari itu komunikasi tidak bisa
berlangsung secara efektif.
Bahkan bagi siswa yang membutuhkan waktu lama dalam menerima
pelajaran, dia sering tidak masuk sekolah. Hal ini menyebabkan guru mengalami
kendala pada saat menjelaskan materi selanjutnya dan harus mengulang kembali
materi yang telah disampaikan minggu lalu. Hambatan – hambatan seperti ini
termasuk dalam hambatan yang bersumber dari komunikan. Dimana sikap dan keadaan
lahiriah komunikan lambat untuk menerima materi pelajaran yang disampaikan.
Dari hambatan – hambatan yang dialami guru SDN
Penjaringan Sari II tersebut, pihak sekolah mencoba meminimalisir hambatan yang
ada dengan menggunakan alat bantu dalam proses pembelajaran. Misalnya dalam
materi praktek sholat, guru memutarkan CD tentang tata cara sholat yang benar
itu seperti apa. Jadi selain guru menerangkan di kelas, guru juga mengajak
murid untuk praktek sholat langsung setelah melihat vedeonya. Praktek langsung
merupakan cara yang tepat untuk mengajarkan murid untuk sholat. Karena jika hanya diterangkan di kelas, murid
hanya bisa membanyangkan saja dan bisa saja banyangan murid kurang tepat dengan
tata cara sholat yang sebenarnya.
Selain mengajak siswa praktek langsung, guru juga
meminimalisir kesalah pahaman penyampaian tugas pada murid dengan memberikan
catatan tugas pada buku tugas masing – masing murid dan menandatanganinya.
Selanjutnya siswa membawa tugas pulang ke rumah untuk dikerjakan dan setelah
selesai meminta tandatangan dari orang tuanya. Sehingga murid dapat membaca
maksud tugas yang disampaikan dan orang tua juga bisa membantu menerjemahkan
tugas yang yang dimaksud jika murid masih belum paham, karena orang tua juga
dapat membaca tugas yang diberikan sekaligus memantau kegiatan belajar anak di
rumah.
Cara tersebut dipilih karena anak biasanya kurang
memperhatikan jika diberi tugas secara lisan saja, dan biasanya juga masih
bingung dengan tugas yang diberikan. Maka untuk menghindara miss komunikasi
terhadap tugas yang diberikan guru di SDN Penjaringan Sari II memilih cara
tersebut.
Meskipun banyak cara telah dilakukan dan
diterapkan dalam pembelajaran sehari – hari, namun feedback yang diberikan
murid masih beragam. Ada yang hanya diam saja tapi sudah bisa, ada yang aktif
menjawab, ada yang sering bertanya jika belum paham, dan juga ada yang hanya
diam tetapi belum paham. Untuk menyikapi hal ini guru SDN Penjaringan Sari II
menerapkan tugas kelompok. Satu kelas dibagi atas beberapa kelompok, setiap
kelompok dipimpin oleh seorang ketua. Dan setiap kelompok memiliki buku tuugas
masing – masing. Hal ini dimaksudkan agar murid yang belum paham dan tidak
berani bertanya kepada guru saat di sekolah mau untuk bertanya kepada temannya.
Dan antar anggota kelompok juga bisa saling mengingatkan untuk mengerjakan
tugas yang diberikan serta belajar bersama.
BAB III
PENUTUP
1.
KESIMPULAN
Dari observasi yang telah kami lakukan di SDN
Penjaringan Sari II Rungkut Surabaya, bahwa proses komunikasi yang dilakukan
antara guru dan murid pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam berlangsung
secara efektif. Guru dapat menjadi komunikator yang baik dalam menyampaikan
materi pelajaran. Dalam penyampaiannya guru menggunkan bahasa Indonesia dan
bahasa jawa, serta materi diampaikan dengan jelas dan intonasi suara yang
tinggi. Sehingga murid yang duduk di bangku belakangpun dapat mendengarnya. Murid
– muridpun juga memberi respon yang baik dengan sering menjawab pertanyaan yang
diberikan serta mengajukan pertanyaan jika belum memahaminya. Bahkan meraka
berebut untuk bisa menjawab pertanyaan yang diberikan oleh gurunya.
Namun tidak jarang guru – guru di SDN Penjaringan
Sari II juga mengalami hambatan – hambatan pada saat menyampaikan materi
dikelas. Hambatan yang terjadi disebabakan oleh sikap dan keadaan lahiriah
komunikan atau dalam hal ini murid di SDN Penjaringan Sari II. Kemampuan
menangkap materi yang berbeda – beda pada masing – masing murid membuat guru
harus berulang kali menerangkan. Hal ini dilakukan agar murid tidak mengalami
miss komunikasi atau salah memahami konsep materi pelajaran yang diberikan.
Banyak cara yang telah ditempuh guru untuk meminimalisir
hambatan yang ada. Mulai dari memberi tugas di buku catatan dan
menandatanganinya, mengajak praktek langsung di lapangan, serta membagi kelas
kedalam beberapa kelompok. Tujuannya adalah sama yaitu agar murid tidak
mengalami miss komunikasi terhadap tugas yang diberikan. Serta membuat murid
yang belum paham terhadap materi yang disampaikan di kelas mau untuk bertanya
kepada temannya dan saling mengingatkan antar teman untuk mengrjakan tugas yang
diberikan.
2.
SARAN
Penerapan komunikasi seperti ini harus terus
dilakukan bahkan dikembangkan. Karena komunikasi yang dilakukan sudah
berlangsung dengan baik dan efektif. Komunikator dapat menyampaiakan informasi
dengan baik, serta komunikan dapat menerima informasi yang diberikan secara
baik pula. Sehingga dapat menimbulakan feedback sesuai dengan apa yang
diinginkan komunikan. Guru- guru yang lain seharusnya juga bisa mencontohnya
agar miss komunikasi tidak terjadi an murid bisa menerima materi yang
disampaikan dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
1. Charles V. Larson, 1986, Persuasion:
Perception and Responsibility (fourth Edition), Wadsworth Publishing
Company, California.
2. Deborah Tannen,
1996, Seni komunikasi Efektif: membangun relasi dengan membina gaya
percakapan, (alih bahasa dra. Amitya Komara), PT Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta.
3. Joseph A.
Devito,1997, Komunikasi antar manusia (edisi kelima), Profesional Books,
Jakarta.
4. Larry King, Bill
Gilbert, 2002, Seni Berbicara: kepada siapa saja, kapan saja, dimana saja
(editor Tanti Lesmana), PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
5. Prof. Dr. Astrid
S. Susanto-Sunarto, 1995, Globalisasi dan komunikasi, Pustaka Sinar
Harapan, Jakarta.
6. R. Wayne Pace,
Don F. Faulos, 2002, Komunikasi Organisasi: Strategi meningkatkan kinerja
perusahaan (editor Deddy Mulyana, MA, Ph.D.), PT Remaja Rosdakarya,
Bandung.
LAMPIRAN
HASIL WAWANCARA
WAWANCARA
DENGAN SISWA
Tim :
Bagaimana pendapat kalian mengenai cara Ibu Fatimah mengajar?
Aldin : Cara mengajarnya jelas, gurunya juga sabar jadi mudah diserap
pelajarannya
Tim :
Metode apa yang biasa digunakan Ibu Fatimah dalam mengajar?
Ainul : Biasanya ceramah atau bercerita dan tanya jawab juga ke kita
Tim :
Menurut kalian, apakah ada guru yang mengajarnya jahat?
Aldin : Ada
Tim :
Apakah kalian pernah di marahin oleh guru?
Ainul : Pernah, kita dimarahin karena melakukan salah seperti tidak
mengerjakan PR
Tim :
Pelajaran apa yang menurut kalian sulit?
Aldin : Matematika
Tim :
Kalau Ainul pelajaran apa yang sulit?
Ainul : Iya sama, matematika
Tim :
Kenapa kesulitan dalam pelajaran matematika?
Aldin : Karena cara penyampaian materinya kurang jelas
Tim :
Bagaimana kalian mengatasi kesulitan tersebut?
Aldin : Iya les di rumah
Tim :
Lalu pelajaran apa yang kalian sukai?
Ainul : Agama
Tim :
Kenapa suka pelajaran agama?
Aldin : Karena pelajarannya lebih enak dan mudah untuk dipelajari
WAWANCARA
DENGAN GURU
Tim : Metode pembelajaran apa yang ibu gunakan dalam penyampaian materi?
Bu Fatimah :
Menggunakan sistem cerita, tanya jawab, dan terkadang permainan
Tim : Apakah dalam proses penyampaian
materi pelajaran ibu sering mengalami hambatan – hambatan ?
Bu Fatimah : Hambatan itu pasti ada mbak, kemampuan
siswa terbagi tiga. Ada siswa yang cerdas atau cepat tanggap, sedang, dan ada
yang lambat dalam menerima pelaajaran. Apalagi dalam hal penghafalan ayat –
ayat Al-Qur’an. Ada yang cepat hafal dan ada yang butuh waktu lama untuk
menghafalkannya.
Tim : Bagi anak SD jika diberi
tugas secara lisan terkadang terjadi kesalah pahaman terhadap instruksi yang
diberikan. Sehingga tugas tidak dikerjakan sesuai kehendak guru. Bagaimakah
cara ibu untuk meminimalisir keadaan tersebut ?
Bu Fatimah : Untuk meminimalisir hal tersebut saya
selalu memberi tugas dalam buku tugas. Jadi masing – masing siswa memiliki buku
tugas. Tugas akan saya tulis dalam buku tersebut dan saya tandatangani. Buku
tugas tersebut juga harus ditandatangani oleh orang tua masing – masing siswa.
Sehingga orang tua juga bisa mengontrol anaknya dalam mengerjakan tugas yang
diberikan.
Tim : Media pembelajara apa yang
ibu pergunakan untuk memperlancar proses penyampaian materi pelajaran ?
Bu Fatimah : Dalam materi pelajaran sholat, saya
menggunakan media pembelajaran Compac Disc ( CD ). Jadi saya memutarkan CD
tentang tata cara sholat yang benar menurut syariah Islam.
Tim : Kemudian feedback yang
diberikan oleh siswa itu sendiri seperti apa bu?
Bu Fatimah : Respon yang diberikan siswa beragam mbak.
Ada yang diam karena sudah mengerti, ada yang bertanya, dan ada yang diam
tetapi tidak mengerti.
Tim : Cara ibu untuk mengatasinya
seperti apa?
Bu Fatimah : Bagi siswa yang tidak paham dan tidak
mengerti, saya memberinya tugas kelompok. Setiap kelompok dibagi atas beberapa
siswa dan seorang ketua kelompok. Setiap tugas kelompok harus dilaporkan dalam
buku laporan tugas. Jika salah satu anggota kelompok tidak mengerjakan tugas
atau tidak dapat menghafal ayat Al-Qur’an yang diberikan maka nilai kelompok
akan jatuh. Maka dari itu setiap anggota kelompok harus saling mengingatkan
untuk mengerjakan tugas yang diberikan.
Langganan:
Postingan (Atom)